TARI GALANGI

Tarian ini dahulu dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu agung. Dengan kostumnya yang unik, dahulu bertugas mempertahankan kesultanan dari serangan musuh. Gerakannya pertama kali dipekernalkan oleh Yarona Lambelu Jenggo. Tarian ini biasanya juga di pentaskan pada acara-acara pariwisata, menyambut tamu daerah yang berkunjung ke Kota Baubau serta perayaan even nasional di luar Kota Baubau.

Tari Galangi merupakan Tari Perang dalam Kerajaan/ Kesultanan Buton. Tari Galangi adalah ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tari yang mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi musuh. Di waktu damai tari ini merupakan kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu Kesultanan.
Santiago yaitu, menyambut, mengagungkan kedatangan Bulan Suci Ramadhan( Puasa) dan Hari Raya Idul Fitri. Penari Galangi mengunjungi seluruh makam-makam Raja dan Sultan dengan tujuan Ziarah Kubur. Tarian ini terdiri dari sebelas kelompok, tiap kelompok terdiri dari tujuh orang. Pada zaman dahulu kelompok tersebut bertugas untuk mempertahankan Kerajaan/ Kesultanan bila ada serangan dari luar. Bila dalam keadaan aman, masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda-beda.
Kelengkapan Tari Galangi:
  1. Pakaian Sala Kaitela (Celana Puntung).
  2. Gala (Tombak)
  3. Tombi Male’i (Bendera Merah)
  4. Tombi Makuni (Bendera Kuning)
  5. Tamburu (Genderang)
Urutan-Urutan Gerak Tari Galangi:
  1. Baana Umba, Gerakan Pembukaan tiba sebagai tanda penghormatan
  2. Lingkaulo, Gerakan jalan seperti ular atau berjalan berliku-liku, suatu taktik menghindar dari tembakan musuh.
  3. Tumbulaka, Menancapkan tombak
  4. Maidao, gerakan bela diri dari tikaman lawan/ Pasala (Mengelak)
  5. Sorobangke, Gerakan menarik bangkai/ mayat agar tidak diambil oleh lawan.
  6. Torumbalili, Gerakan memutar diri, kemudian siap kembali untuk melawan sesudah menyerang.
  7. Bori Bente, Gerakan menetapkan batas pertahanan dengan menggunakan tombak sebagai penggaris.
  8. Sele, Gerakan Tombak melalui pinggang yang menggambarkan serangan melalui pinggang.
  9. Mentalawa, Gerakan mengajak lawan bertempur
  10. Toropu, Gerakan keadaan pasukan setelah aman/ pertempuran usai.
  11. Titiraa, Gerakan memberi tanda bagi kawan yang luka atau Gerakan memberi komando untuk kembali ke induk Pasukan, istirahat.



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel