BENTENG KERATON BUTON


Benteng Keraton Buton merupakan salah satu benteng terbesar atau pusat dari sistem pertahanan dimana juga menjadi pusat pemerintahan. Benteng keraton peninggalan sejarah dengan arsitektur yang sangat unik, indah dan menarik terletak 3 km dari pusat kota, dapat dicapai dengan kenderaan mobil maupun motor sekitar 10 menit saja.

Benteng Keraton Wolio dahulu merupakan pusat pemerintahan pertahanan dan kediaman Kesultanan Buton yang wilayahnya mencakup keseluruhan Pulau Buton, pulau Muna, purau Kabaena Kep.Tukang Besi, serta dua daerah di bagian Tenggara pulau Sulawesi yaitu Rumbia dan Poleang.

Kerajaan Buton yang berpusat di Benteng Keraton Wolio ini, didirikan oleh empat orang pendatang disebut dalam bahasa setempat mia patamiana yang artinya empat tokoh peletak dasar. Tokoh tersebut berasal dari Johor pada awal abad ke-14. Pada abad ke-16 masuk Islam ke Buton, dan sistem pemerintahan kerajaan diubah menjadi kesultanan. Benteng Keraton didirikan pada 1634-1635 oleh La Buke, sultan ke-6 dengan bantuan dari Portugis mungkin dalam konstruksi dan persenjataan (meriam-meriam), sehingga dapat mematahkan serangan Belanda.

Bentuk denahnya hampir segi empat tidak beraturan, ada yang mengatakan sama dengan bentuk huruf ‘Dal’ dalm tulisan Arab. Panjang dinding keliling 2.740 m , tebal antara 1-2 m, tinggi sekitar 2-8 m tergantung letaknya diatas bukit yang permukaannya tidak rata. Sisi terpanjang berada disebelah barat.

Berbagai pepohonan besar dan kecil tumbuh dalam kawasan benteng, dan terlihat tidak disusun dalam tata letak tertentu. Banyak yang besar dan mungkin seumur dengan bentengnya sendiri, bahkan mungkin ada sebelum benteng didirikan. Yang cukup dominan adalah pohon asam yang buahnya dimanfaatkan sebagai komoditas lokal. Selain itu terdapat cukup banyak semak belukar yang tidak terpelihara. Binatang seperti burung dan unggas lainnya terlihat bebas tidak terpelihara.

Benteng mempunyai 12 lawa yaitu pintu gerbang yang dalam bahasa setempat berarti pintu gerbang dan 16 baluara atau bastion (sudut benteng yang dibuat konstruksi khusus untuk meriam dll). Menurut keyakinan masyarakat setempat angka 12 tersebut selain berfungsi untuk masuk ke dalam benteng dan sebagai simbol dari jumrah lubang yang ada di tubuh manusia. Ini merupakan budaya personifikasi atau membandingkan elemen konstruksi dengan tubuh manusia yang cukup kuat dalam masyarakat Buton yang juga terlihat di dalam membangun rumah atau bangunan-bangunan lainnya.

Kontruksinya dari batu kapur bahan bangunan yang kuat cocok untuk benteng dan terdapat banyak di kawasannya sehingga dipilih menjadi bahan utamanya. Sekeliling benteng selain yang dari arah kota, masih berupa lingkungan alami berbukit-bukit terutama dari karang, dengan pohon-pohon cukup besar. Pusat dari lingkungan adalah Mesjid Agung Keraton dan lingkungan disekelilingnya berupa halaman terbuka, terletak di tengah pada tempat ketinggian yang membuatnya menjadi lebih megah sesuai dengan fungsinya sebagai pusat orientasi dari kawasannya. Selain itu didalam benteng terdapat banyak rumah termasuk bekas istana sultan yang berasitektur tradisional khas pulau Buton namun banyak yang tidak terawat dan sudah ditambah dan dirombak menjadi rumah baru.

Benteng Keraton Buton
Lawa / Gerbang
Baluara / Bastion
Lawa & Baluara

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel