KAMALI KARA DAN KAMALI BATA
Sabtu, 23 Mei 2015
Kamali adalah rumah jabatan bagi Sultan Buton. Setiap sultan dalam Kesultanan Buton mempunyai Kamalinya masing-masing. Secara langsung bila seseorang diangkat menjadi sultan, maka rumah kediamannya akan menjadi Kamali. Saat ini di dalam Benteng Keraton hanya tersisa 2 buah Kamali, yaitu Kamali Bata dan Kamali Kara. Kedua Kamali berdampingan masing-masing menghadap ke timur sekitar 50 m, berada sekitar125 m di sebelah selatan Mesjid Agung Keraton.
Kamali Kara didirikan pada masa pemerintahan Muhammad Salihi, Sultan Buton ke-37, hingga saat ini belum pernah dipugar, Kamali Kara seperti pada arsitektur tradisional Pulau Buton, berdiri di atas halaman luas atau dapat disebut lapangan, membuatnya terlihat megah. Kamali konstruksinya dari kayu, sangat khas, tanpa menggunakan paku, melainkan dengan pasak. Bentuknya rumah panggung atau rumah kolong, terdiri dari empat lantai, termasuk lantai di kolong/bawah atap langsung. Atap bertingkat, paling atas berbentuk pelana, di bawahnya bersisi satu, di kanan dan kiri. Di sisi depan ada tritisan di atas setiap jendela yang berderet, di lantai dasar ada tiga jendela, lantai dua dan tiga ada dua dan dilantai empat satu, makin keatas makin kecil. Pintu masuk langsung dari tangga, ada disebelah kanan. Kamali Kara ini cat dengan warna biru untuk kolom dan balok, putih untuk panel atau dinding. Konon, seperti halnya mesjid di dalam pembangunanya terdapat Konsep personifikasi, dalam jumlah kerangka kayu (balok, kolom dll,) diperhitungkan dengan jumlah bagian-bagian kerangka manusia. Hal ini sangat menarik untuk diteliti.
Kamali Bata dibangun pada masa Sultan Umar, Sultan Buton ke-32 1886-1894), sudah dipugar tiga kali. Sangat disayangkan meskipun masih dalam bentuk konstruksi tradisional, namun aslinya sudah tidak kelihatan lagi, sehingga terputus benang merah arsitektur waktu sebelumnya, saat ini dan selamanya. Meski demikian, bentuknya saat ini masih unik, cukup mengandung elemen tradisional. Konstruksinya kayu menggunakan pasak, tidak dicat, juga mempunyai kolong yang tingginya sekitar tinggi manusia.
Bagian depannya lebar dengan pintu masuk sama dengan Kamali kara di sebelah kanan atau utara, langsung melalui tangga. Lantai disebelah kiri paling tinggi, tengah lebih rendah dan paling kanan dimana ada pintu masuk paling rendah. Jendela baik didepan maupun disamping tidak terlalu besar, bahkan lantai atas tak berjendela, hanya menggunakan krepyak, elemen yang tidak lazim pada bangunan adat Buton. Namun demikian arsitekturnya cukup unik dan terlihat masih menggunakan unsur-unsur tradisional.