Kisah Si Tempayan Retak
Selasa, 18 Agustus 2015
Alkisah seorang pemuda memiliki 2 buah tempayan untuk mencari air. Kedua tempayan itu dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tanpa cela.
Setibanya di rumah, setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal setengah.
Hal tersebut berlangsung setiap hari. Tentunya tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak, merasa malu akan kekurangannya. Ia juga bersedih, sebab hanya bisa memenuhi separuh dari kewajibannya.
Setelah beberapa lama, akhirnya tempayan retak berkata kepada si pemuda, "Aku malu, sebab airku selalu bocor melalui bagian tubuhku yang retak."
Pemuda itu tersenyum, "Tidakkah kau lihat, bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu, dan setiap hari dalam perjalanan pulang, kau menyirami benih-benih itu.. Selama setahun terakhir ini, aku bisa memetik bunga-bunga cantik, uuntuk menghias meja. Dan aku jual sebagai tambahan penghasilanku. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumahku tidak akan menjadi seindah sekarang."
Sahabat Luar Biasa,
Kita semua mempunyai kekurangan masing-masing seperti si tempayan retak, namun "keretakan" & "kekurangan" itulah yang menjadikan hidup kita bersama menyenangkan serta memuaskan.
Terima diri kita/setiap orang apa adanya, cari yang terbaik! Semoga hari-hari kita selalu menyenangkan.