Sebuah Revolusi Ilmu Pengetahuan
Kamis, 23 Juli 2015
Filsafat Surat Al-Alaq
Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Terjemahan Depag, QS 96: 1-5)
Istilah iqro’ (…) berasal dari kata Qoroa (…) yang artinya
membaca (…) yang artinya membaca dengan teratur. Iqro’ adalah perintah untuk
membaca, istilah Iqro’ berbeda makna dengan kata Qul (…) yang artinya
katakanalah. Kata Iqro’ lebih menitikberatkan kearah tulisan, maksudnya ada
tulisan yang akan dikatakan, kalau kata Qul lebih menitik-beratkan kepala
ucapan saja, objek tulisannya tidak ada, seperti pada kalimat:”Katakanlah Allah
itu Esa”(QS 112:1)
Ucapan Dia yang Esa tidak bersandar pada bacaan, tapi hanya
melakukan ucapan. Dari dasar pemikiran ini, maka pengertian bacalah pada ayat
diatas, bukan membaca “Bismirobbika alladzi kholaq” (Dengan nama Tuhanmu yang
menjadikan), seperti pada penggunaan Qul. Tetapi pengertian perintah membaca
pada ayat tersebut adalah membaca lingkungan disekitarnya, bias berkaitan
dengan masalah budaya, ritual, adat, teknologi,etika atau ekonomi, ringkasnya
masalah alam dan manusia.
Ditinjau dari kenyataanya, Muhammad SAW adalah insan yang
tidak dapat membaca tulisan. Munkinkah Allah memerintahkan kepada orang yang
tidak dapat membaca tulisan, untuk membaca? Tentunya hal itu sangat tidak
mungkin, dengan demikian pengertian membaca pada ayat tersebut bersifat kias,
maksudnya adalah membaca ataau meneliti lingkungan. Jadi penafsiran ayat
pertama adalh bacalah : (lingkungan disekitarmu) dari (hasil pembacaan
penelitian tersebut) niscaya akan mengetahui sifat-sifat (Kebesaran)
penguasamu, yang telah menjadikan apa yang telah engkau baca.
Kesimpulanya : dengan membaca lingkungan secara benar akan
mengetahui sifat-sifat kebesaran Allah.
Pada ayat kedua, Allah menegaskan bahwa Dialah yang
menjadikan manusia dari segumpal darah. Dengan dasar pengetahuan manusia , akan
mengetahui fakta yang ada, kesan-kesan yang ditangkap oleh nabi Muhammad
dikatakan pengetahuan biasa, artinya pengetahuan tersebut masih belum teruji
kebenarannya. Apabila belum memakai metode yang sesuai dengan faktanya dan
dilakukan secara sistematis dan mampu memberikan pertanggungjawab tentang hasil
pembacanya/penelitaian, maka hasilnya dikatakan ilmu pengetahuan atau teori.
Jika nabi Muhammad memperdalam bacaanya, dengan cara mencari hubungan asal usul
adanya, proses kerjanya dan perkembangan filsafat.
Apabila yang dibacanya hanya sebagian saja misalnya hanya
menyangkut alamnya saja, maka hasil membacanay dikatakan ilmu pengetahuan alam,
dan jika dibaca manusia pada sisi jiwanya maka hsail bacanya dikatakan ilmu
jiwa (psikologi) dan seterusnya.
Berdasarkan surah al alaq 1-2 dengan pengetahuan tersebut
akan dapat mengtahui kebesaran ayat Allah dan akan mengetaui bahwa manusia itu
ada yang memnciptakan dari segumpal darah.
Pelajaran yang dapat di petik dari peristiwa diatas adlah
kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang bermanfaat memecahakan persoalan
social, khususnya dalam memahami Allah dan ayat-ayatnya yang tertulis dalam
teks alquran.
1. menyagkut masalah pendidikan ,
Metode Allah dalam memberikan kepercayaan pada manusia
khususnya bernama Muhammad tentang keadaan Allah dan hubungan manusia dan alam
semesta dengan teori kesadaran tentang ilmu penetahuan, Allah tidak
memperintahkan Muhammad untuk mempercayai ke-ESA-an ,kekuasaan dan kebesaran
Allah secara doktriner, secara paksa atau secara langsung,
karena sifat kepercayaan tidak dapat dipaksakan, tapi tumbuh
melewati suatu pengalaman pribadi khususnya melalui ilmu pengetahuan itu,
tumbuh kepercayaan dan selanjutnya berposes dengan tindakan. Jadi system
pendidikan tauhid itu ialah ILMU > IMAN > AMAL dan bukan IMAN > ILMU
> AMAL.
Bentuk pendidikan dengan pola mendahulukan iman sangat
bertentangan denagn ajaran islam, system itu hanya melahirkan generasi
irrasional, mereka tidak pernah mengetahui hakekat dan kegunaan dari
kepercayaan yang diakuinya, apalagi untuk mengembangkannya, ibarat orang
disuruh percaya bahwa makan itu bermanfaat tanpa melalui proses ilmu pengetuan
mengenai makanan dan kesehatan.
Akibatnya mereka tidak akan mapu melihat kualitas makanan
dan sejauh mana suatu makan yang baik dalam kadar tertentu dapat menjadi
perusak organ-organ tubuh mungkin mereka akan memandang suatu yang dapat
dimakan akan berakibat baik,karena rumus yang di sampaikan bahwa makanan itu
bermanfaat bagi kesetabilan organ tubuh.
2. Menyagkut Filsafat dan Ilmu Pengetahuan,
Sementara ini banyak umat islam yang mengecam filsafat
sebagai pengetahuan yang tidak ada hubungan antara islam dan pengetahuan,
bahkan ada yang memandang filsafat sebagai pengethuan yang menentang islam.
Dengan informasi diatasdapat diketahui bahwa pandangan itu keliru, karena
justru filsafat merupakan pengetahuan awal yang diperintahkan Allah kepada Nabi
Muhammad dengan Perintah “Bacalah” bukan “Katakanlah” (bacalah lingkungan
sosialmu),
selanjutnya Allah menunjukkan pengetahuanya tentang kejadian
penciptaan manusia. Dengan demikian sebenarnay pengetahuan dan filsafat
merupakan alat atau landasan untuk memahami ilmu Allah, yang bersiafat Abstrak
tanpa itu mustahil ilmu Allah dapat dipahami secara benar,filsafat dan wahyu
sebenarnya sama mutlaknya sebagai penunjuk kehidupan.
Filsafat tidak akan mencapai puncak kebenarannya tanpa
informasi wahyu, sedangkan wahyu tidak dapat dipahami oleh manusia tanpa
pengetahuan filsafat.
Orang yang tidak setuju dengan filsafat dan memandang
filsafat sebagai ajaran sesat, sebenarnya mereka buta akan pengetahuan filsafat
itu sendiri.
Secara kaffah/menyeluruh. Ibarat seorang yang melihat
keluarganya sakit jantung, kemudian dia di bawa ke dokter dan dua hari
setelahnya pasien itu wafat, lantas kemudian pihak keluarga menyimpulkan bahwa
ilmu kedokteran merupakan ilmu yang sesat, karena dapat mengakibatkan kematian
bagi orang sakit, kalo ilmu itu bermanfaat dan mengandung rahmad,
seharusnya dapat menyembuhkan orang sakit, oleh karena itu
ilmu kedokteran tidak diperlukan dalam kehidupan manusia dan wajib dihapus
dalam lingkungan umat manusia.
Filsafat memiliki pengertian dalam beberapa aspek,
diantaranya :
filsafat adalah hasil pemikiran otak manusia dalam memahami
fakta, fakta itu bisa alam, manusia, Tuhan dan karya-Nya termasuk wahyu, dalam
memahami itu manusia dimunkinkan salah dan dimungkinkan benar, hal ini dapat
kita lihat tentang perbedaan para penafsir kitab suci khususnya
Al-Quran/Mufassirin dalam memahami al-Quran kekeliruan yang paling umum dalam memandang
filsafat adalah:
1. Filsafat adalah hasil pemikiran murniyang hanya
menekankan pada rasional saja. Kekeliruan mereka mengartikan akal murni sama
dengan menolak hal yang bersiafat supernatural atau wahyu dan dalam mengartikan
pengertian secara filosofis,mereka hanya mengartikan secara umum,padahal metoda
rasionalitas dal am filsafat bersifat teknis.
2. filsafat adalah pengetahuan orang-orang barat dan
orang-orang kafir, tanpa batasan orang kafir dengan ilmu kekafiran, orang islam
dengan syariat islam. Padahal banyak sekali orang kafir yang menjalankan ilmu
islam, sebaliknya orang islam banyak yang mengamaliahkan ilmu kekafiran.
3. Dari kesan no.2 diatas, pada perkembangan selanjutnya,
mereka menempatkan filsafat sebagai pengetahuan yang menentang wahyu.
4. Dampak kekeliruan penafsiran
Umat islam yang keliru menafsirkan istilah Iqro’ (membaca)
dengan kata Qul (katakanlah), akibat mereka tidak akan membaca lingkungan,
tetapi membaca “Bismirobbika alladzi kholaq” (Dengan nama tuhanmu yang
menjadikan ).
Dengan demikian mereka tidak akan menemukan berbagai
pengetahuan lingkungan dan akan menjadikan kalimat Bismirobbika alladzi kholaq
sebagai tasbih atau zikir, mungkin dilakukan berulang-ulang, ratusan bahkan
ribuan, pada puncak bacaan tersebut dijadikan sebagai mantera yang dijadikan
alat untuk mendapatkan rahmat, mereka kemana-mana akan memegang tasbih untuk
mengontrol beberapa kalimat yang sudah dibaca akhirnya umat islam hanya ahli
dalam membaca kalimat akan tetapi mereka akan menjadi orang yang sangat awam
dengan pengetahuan alam dan manusia.
Para penjajah paling senang mengadapi masyarakat islam
dengan pola seperti mereka, rata-rata menjadi umat yang pasif, selama tempat
membaca kalimat disediakan mereka sudah sangat gembira dan memandang penjajah itu
sebagai orang yang berbuat baik terhadap isalm dan umat islam.
Disinah sumber kehancuran umat islam, mereka merasa benar
dan merasa telah menjalankan perintah Allah untuk membaca kalimat tersebut,
padahal meraka telah melakukan kelalaian dalam memahami ayat-ayat Allah.